Aluk Todolo dan Agama Kristen



Masyarakat Suku Toraja sejak dari dulu manganut agama atau kepercayaan yang kini disebut Aluk Todolo ( Aluk = Agama atau Aturan, Todolo = Leluhur) artinya Agama Leluhur atau Agama purba. Sampai saat ini masih ada sebagian dari masyarakat Toraja yang menganut ajaran Aluk Todolo. Aluk Todolo adalah suatu kepercayaan animis tua yang rupanya dalam perkembangannya telah dipengaruhi oleh agama konfusius dan agama hindu makanya oleh pemerintah Republik Indonesia menggolongkan agama Aluk Todolo dalam sekte Agama Hindu Darma. Aluk Todolo atau Alukta sendiri merupakan aturan tata hidup yang telah dimiliki sejak dahulu oleh masyarakat Suku Toraja, Sulawesi Selatan. Aturan tata hidup tersebut berkenaan dengan sistem pemerintahan, sistem kemasyarakatan, dan sistem kepercayaan.
Dalam Ajarannya Aluk Todolo mengatakan bahwa Agama ini duturunkan oleh Puang Matua ( Sang Pencipta ) kepada nenek moyang manusia yang pertama bernama Datu’ La Ukku’ yang dinamakan Sukaran Aluk  ( Sukaran = susunan / aturan, Aluk = Agama / Aturan ) artinya aturan dan susunan agama atau keyakinan yang didalamnya mengandung ketentuan – ketentuan bahwa manusia dan segala isi bumi ini harus menyembah, memuja, dan memuliakan Puang Matua ( sang Pencipta ) yang diwujudkan dalam bentuk sajian penyembahan.

Menurut mitos ajaran Aluk Todolo, bahwa Puang Matua menciptakan segala isi bumi ini pertama – tama dengan menciptakan 8 ( delapan ) Mahluk diatas Langit melalui tempayan yang disebut Saun Sibarrung, yang ajarannya menurut mitos yaitu :

Malemi tu Puang Matua rokko matampu’ unnembong bulawan tasak ponno sepu’na doing to’ mata uai. Umpatiangka’mi to’ kabo’toran kulla’ unseno tinggi nene’ tangkarauan lempan karappi’na diongto’ kalimbuang boba. Sulemi Puang Matua diongmai rampe matampu’ tibalikmi to kaubanan diongmai to’ kabo’toran kulla’. Nabolloan barra’mi Puang Matua bulaan tasak tama Saun Sibarrung, nabakku’ amboranmi  to kaubanan nene’tang karauan tama suling pada dua. Napasarussui’mi Puang Matua Saun Sibarrung na pataranak mi to kaubanan suling pada dua. Dadi mi nene’na to Sanda karua tokkon mi todolo kasaunganannya to ganna’ bilanganna pada umposanga sanganna :
  1. Nene’na To lino disanga Datu’ La Ukku’
  2. Nene’na Ipo disanga Merrante
  3. Nene’na Kapa’ disanga La Ungku’
  4. Nene’na Bassi disanga Irako
  5. Nene’na Tedong disanga Menturini
  6. Nene’na Uran disanga Pong Pirik – Pirik
  7. Nene’ na Pare disanga Lamemme
  8. Nene’na Manuk disanga Menturiri 
Artinya :
Berangkatlah sang pencipta ke sebelah barat mengambil sebakul emas dan kembali membawa bakulnya itu dan dimasukkannya kedalam sebuah tempayan yang dinamakan Saun Sibarrung dan kemudian dihembusnya Saun Sibarrung itu lalu terciptalah 8 (delapan) macam nenek mahluk dari dalamnya dan masing – masing diberi nama :
  1. Nenek dari Manusia diberi nama Datu’ La Ukku’
  2. Nenek dari Racun diberi nama Merrante
  3. Nenek dari Kapas diberi nama La Ungku’
  4. Nenek dari Besi diberi nama Irako
  5. Nenek dari Kerbau diberi nama Menturini
  6. Nenek dari Hujan diberi nama Pong Pirik – Pirik
  7. Nenek dari Padi diberi nama Lamemme
  8. Nenek dari Ayam diberi nama Menturiri
Setelah Puang Matua menciptakan kedelapan mahluk terseut maka kepada Nenek Manusia yaitu Datu’ La Ukku’ diberi satu aturan atau ketentuan setelah Puang Matua menikahkannya dengan To Tabang Tua yang diciptakan pulah oleh Puang Matua. Aturan itu lah yang dinamakan sukaran aluk yang dikelak diikiti oleh keturunan Datu’ La Ukku’ bernama Pong Mula Tau sebagai manusia pertama yang turun dari langit membawa sukaran aluk.

Dalam sukaran aluk dari Puang Matua tersebut terdapat beberapa pokok – pokok ketentuan dan aturan namun pada dasarnya terbagi atas :
  • Ajaran percaya dan memuja kepada 3 (tiga) oknum
  • Azas pemujaan dan penyembahan
Sukaran Aluk ini sejak dulu dianut oleh Orang Toraja yang dalam perkembangannya sudah beberapa kali mendapatkan penyempurnaan yaitu setelah manusia membuat pelanggaran Sukaran Aluk dibagian selatan oleh Puang – Puang Londong di Rura kemudian seorang Ahli Sukaran Aluk bernama Pong Sulo Ara' dari Utara Toraja bekerja sama dengan Penguasa baru dari Banua Puan Marinding yaitu Ma'Dika Tangdilino' menyusun kembali aturan itu yang dikenal dengan Aluk Sanda Pitunna yang dianggap sudah lengkap mencakup seluruh pergaulan dan kehidupan manusia serta aturan pemujaan kepada Puang Matuan ( Sang Pencipta ), Deata – Deata ( Sang Pemelihara ), dan To Membali Puang ( Leluhur sebagai pengawas kehidupan ).

Berhubung Sukaran Aluk ini adalah agama yang dianut oleh orang – orang Toraja dulu yaitu nenek moyang Suku Toraja. Maka Sukaran aluk yang telah disempurnakan itu dinamakan Aluk Todolo dalam penyebarannya didalam masyarakat guna membedakan Aluk Sanda Pitunna yang sudah di pengaruhi oleh ajaran – ajaran 
Aluk Sanda Saratu dari Puang Tomanurun Tamboro Langi'. dan dimasa sekarang ini hanya dikenal sebagai Aluk Todolo Baik itu Aluk Sanda Pitunna maupun Aluk Sanda Saratu’. Dan Masyarakat Toraja sekarang ini mengenal Aluk Todolo sebagai tempat berpijaknya Kebudayaan Toraja.

 PERBANDINGAN
Didalam agama Aluk Todolo dikenal Puang Matua (Sang Pencipta) yang juga di kenal di dalam agama Kristen sebagai Allah Bapa. Mereka percaya bahwa ada kekuatan Supranatural yang telah menciptakan bumi dan seisinya seperti yang telah dijelaskan diatas. Aluk Todolo hanya mengenal tentang kematian duniawi saja tetapi tidak mengenal kematian rohani. Namun mereka percaya bahwa orang yang hidup dibumi ini hanya semnetara saja (tidak kekal).
Di dalam agama Kristen manusia awalnya diciptakan langsung oleh Tuhan Allah di Taman Eden (Surga), begitupun juga dalam agama Aluk Todolo manusia pertama di ciptakan di dunia atas (lan tanggana langi’). Kemudia Puang Matua menurunkan mereka ke bumi melalui sebuah tangga yang menghubungkan langit dan bumi (eran langi’). Semula semuanya berjalan baik, namun ketika Puang – Puang Londong di Rura melanggar Sukaran Aluk semua menjadi berubah. Sebagai akibatnya, hubungan akrab antara manusia dan Puang Matua menjadi terputus. Setelah manusia meninggal, ia tidak dapat lagi kembali ke asalnya di dunia atas bersama Puang Matua (Sang Pencipta) tetapi mereka masuk ke dalam Puya (Negeri Arwah).
Beberapa tahun berlalu masuklah INJIL yang di bawa oleh orang Belanda ke Toraja, kambar gembira yang dibawakan oleh orang Belanda ternyata membuat perubahan besar bagi masyarakat Toraja. Di dalam kitab Yoh. 3:16 ditekankan bahwa Allah sangat mengasihi manusia sehingga Dia mengaruniakan anak-Nya yang Tunggal, supaya setiap orang yang percaya tidak binasa menlainkan beroleh hidup yang kekal. Tidak hanya itu di dalam Yoh. 14:6 juga Yesus mengatakan bahwa hanya Dialah jalan untuk menuju ke Bapa. Itulah sebabnya masyarakat Toraja yang menganut agama Aluk Todolo saat itu sangat mudah percaya kepada INJIL karena memang Yesus Kristuslah yang mereka nantikan untuk kembali bersatu dengan pencipta-Nya. Namun pada kenyataannya walaupun dalam masyarakat Toraja sudah mayoritas agama Kristen tetapi hingga sekarang masih banyak penganut agama Kristen yang masih melakukan adat – adat atau ritual – ritual Aluk Todolo.

Aluk Todolo dan Agama Kristen Aluk Todolo dan Agama Kristen Reviewed by Kerajaan 1000 Tahun on 14:00 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.